Minggu, 06 November 2011

MODEL DAN TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIVISME


BAB I
PENDAHULUAN
1.     Latar belakang
Kognitivisme merupakan pendekatan teoretik dalam memahami pikiran manusia. Sumber Wikipedia menyebutkan kognitivisme sebagai model-model pengolahan (processing) informasi di mana fungsi mental dapat dipahami dengan menggunakan metode kuantitatif, positivistik dan saintifik. Dengan demikian, bagian ini akan mencoba memaparkan soal misteri kemampuan manusia dalam menerima, memproses, menyimpan, mengeluarkan dan mengunakan sebuah informasi. Teori kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku (behaviorisme) yang yang telah berkembang sebelumnya. Teori ini memiliki pandangan bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
2.     Rumusan Masalah
Di dalam menyusun makalah ini penyusun menemukan  beberapa permasalahan, yang susuna dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Deskrifsi teori Kognitivisme
2.      Teori kognitif menurut tokoh
3.     Tujuan
1.      Mengetahui deskrifsi teori Kognitivisme
2.      Mengetahui teori kognitif menurut tokoh

 
BAB II
PEMBAHASAN
KOGNITIVISME
1.        Deskrifsi Singkat Teori Kognitivisme

Teori ini berada pada target fokus yang berbeda bila dibandingkan dengan teori sebelumnya, dalam behaviorisme proses pembelajaran tidak dianggap penting sama sekali, tetapi dalam teori kognitif proses pembelajaran tersebut berada pada kedudukan tertinggi. Proses pembelajaran ini yang akan diamati dan menjadi pusat perhatian dalam kognitifisme.

Teori ini menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan sebuah pengetahuan yang baru seorang pelajar harus mampu untuk melakukan suatu proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini berjalan dalam satu kesatuan yang penuh, tidak berdiri sendiri – sendiri.

Sebuah stimulus atau materi pembelajaran yang didapatkan berasimilasi atau menyesuaikan dengan struktur kognitif yang ada. Lalu pengetahuan baru tersebut akan berakomodasi dan menghasilkan perubahan struktur kognitif. Proses perubahan ini harus berhenti pada suatu titik tertentu agar proses equilibrasi dapat dilakukan. Proses terakhir inilah yang menentukan terbentuk atau tidaknya sebuah struktur kognitif yang baru dalam diri seorang pelajar. Peleburan menyeluruh antara pengetahuan yang lama dengan yang baru.

2.      Macam-macam Teori Pembelajaran Menurut Teori Kognitivisme
Terdapat tiga teori pembelajaran yang berangkat dari teori kognitifisme ini, yaitu:

1. Teori kognitif Piaget
equilibrasiè akomodasi èPembelajaran yang melalui proses asimilasi

2. Teori kognitif Bruner
simbolikè ikonik èPembelajaran yang melalui proses enaktif

3. Teori kognitif Ausubel
menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahamiè pemahaman makna stimulus èPembelajaran yang melalui proses stimulasi

Jean Piaget Bruner Ausubel
Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkahlaku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Prinsip-prinsip teori kognitifisme; menurut teori kognitivisme, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan kontek situasi secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori perkembangan Piaget, teori kognitif Bruner, teori belajar bermakna Ausebel dll.
Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin komplek dan ini memungkinkan kemampuannya meningkat (Traves dalam Toeti 1992:28). Oleh karena itu proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Perjenjangan ini bersifat hierarkis yaitu melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu diluar kemampuan kognitifnya. Ada empat tahap perkembangan kognitif anak yaitu
Tahap sensorikmotorik yang bersifat internal ( 0-2 tahun)
Tahap preoperasional (2-6 tahun )
Tahap operasional konkrit (6-12 tahun)
Tahap formal yang bersifat internal (12-18 tahun)

Teori kognitif Bruner
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap pertama adalah tahap enaktif, dimana siswa melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami lingkungan. Tahap kedua adalah tahap ikonik dimana ia melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap ketiga adalah tahap simbolik, dimana ia mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilkukan dengan pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini samakin dominan.
Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan. (discovery learning)



Teori belajar bermakna menurut Ausubel
Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna, dimana materi yang dipelajari diasimilasikan secara non-arbitrari dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Menurut Reilly & Lewis, (1983) ada dua persyaratan untuk membuat materi pelajaran bermakna yaitu
Pilih materi yang secara potensial bermakna lalu diatur sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu;
Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna;
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausebel ini dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut :
v  mengukur kesiapan mahasiswa seperti minat, kemampuan dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, review , pertanyaan-pertanyaan dan lain-lain tehnik;
v  memilih materi-materi kunci lalu penyajiannya diatur dimulai dengan contoh-contoh kongkrit dan kontraversial;
v  mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasi dari materi baru itu;
v  menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari,
v  memakai advan organizers;
v  mengajar mahasiswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada
Menurut Hartley & Davies (1978), Prinsip-prinsip kognitifisme dari beberapa contoh diatas banyak diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah
Mahasiswa akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu;
Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik mahasiswa harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana;
Belajar dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya;
Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti Soekamto 1992:36)
Prinsip-prinsip (teori) Pembelajaran
Berbeda dengan teori belajar maka teori pembelajaran persifat preskriptif. Teori pembelajaran berusaha merumuskan cara-cara untuk membuat orang dapat belajar dengan baik. Ia tidak semata-mata merupakan penerapan dari teori atau prinsip-prinsip belajar walaupun berhubungan dengan proses belajar.
Dalam teori pembelajaran dibicarakan tentang prinsip-prinsip yang dipakai untuk memecahkan masalah-masalah praktis di dalam pembelajaran dan bagaimana menyelesaikan masalah yang terdapat dalam pembelajaran sehari hari. (Snelbaker,) Teori pembelajaran tidak saja berbicara tentang bagaimana manusia belajar tetapi juga mempertimbangkan hal-hal lain yang mempengaruhi manusia secara psycologis, biografis, antropologis dan sosiologis. Tekanan utama teori ini adalah prosedur yang telah terbukti berhasil meningkatakan kualitas pembelajaran yaitu ;
Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang merubah stimuli yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil-hasil belajar ini memberikan kemampuan melakukan berbagai penampilan; Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikatagorikan sebagai a. bersifat praktis dan teoritis. Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikatagorikan sebagai a. bersifat praktis dan teoritis.

Kejadian-kejadian di dalam pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar dapat di kelompokkan ke dalam kategori umum, tanpa memperhatikan hasil belajar yang diharapkan. Namun tiap-tiap hasil belajar memerukan adanya kejadian-kejadian khusus untuk dapat terbentuk. (Gagne 1985 : )


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teori kognitif menempatkan proses pembelajaran berada pada kedudukan tertinggi. Proses pembelajaran ini yang akan diamati dan menjadi pusat perhatian dalam kognitifisme

Teori ini menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan sebuah pengetahuan yang baru seorang pelajar harus mampu untuk melakukan suatu proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini berjalan dalam satu kesatuan yang penuh, tidak berdiri sendiri – sendiri.

Terdapat tiga teori pembelajaran yang berangkat dari teori kognitifisme ini, yaitu:

1. Teori kognitif Piaget
equilibrasiè akomodasi èPembelajaran yang melalui proses asimilasi

2. Teori kognitif Bruner
simbolikè ikonik èPembelajaran yang melalui proses enaktif

3. Teori kognitif Ausubel
menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahamiè pemahaman makna stimulus èPembelajaran yang melalui proses stimulasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar