Minggu, 06 November 2011

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang Masalah
Suatu kurikulum itu sama halnya dengan teknologi. Teknologi berkembang dengan kecanggihannya dan banyak memenuhi kebutuhan manusia. Begitu juga halnya kurikulum, kurikulum akan selalu berkembang agar dapat memenuhi kebutuhan suatu lembaga. Ketika kurikulum tidak dikembangkan sesuai dengan meningkatnya kebutuhan suatu lembaga, maka lembaga itu akan mengalami ketertinggalan. Tetapi untuk mengembangkan kurikulum, tidak hanya dirancang sesuai keinginan para pengelola lembaga tertentu, melainkan harus memperhatikan beberapa aspek pengembangan kurikulum, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, landasan sosial budaya, dan landasan IPTEK.
2.      Rumusan Masalah
  1. Ada berapa aspek yang mendasari pengembangan suatu kurikulum?
  2. Bagaimana peran landasan dalam pengembangan kurikulum suatu lembaga?
  3. Mengapa landasan psikologis diperlukan dalam pengembangan isi kurikulum?
  4. Apa manfaat dari landasan sosiologis dan landasan IPTEK sebagai aspek yang sangat dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum?
3.      Tujuan
  1. Agar dapat mengetahui aspek-aspek landasan pengembangan kurikulum.
  2. Supaya dapat memahami peranan landasan dalam pengembangan kurikulum.
  3. Agar mengetahui alasan perlunya landasan psikologis dalam mengembangkan isi kurikulum.
  4. Agar dapat mengetahui manfaat dari landasan sosiologis  dan landasan IPTEK sebagai salah satu unsur yang dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.

BAB II
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
2.1. Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di arahkan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi. Adapun selain berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum diharapkan memberkan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan tantangan perkembangan masyarakat.
Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan, juga harus menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah disepakati. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari prinsip umum dan prinsip khusus.
  1. Prinsip umum
  1. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen tujuan, isi, strategi, dan evaluasi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum,yaitu relevansi keluar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar yaitu tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurkulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Adapun relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
  1. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas berkenaan dengan kebebasan/keluwesan yang dimiliki guru dalam mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan program pendidikan bagi siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.
  1. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan materi pelajaran antarberbagai jenis dan jenjang sekolah serta antartingkatan kelas. Perkembangan dan proses belajar berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti.
  1. Prinsip Praktis dan Efisiensi
Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.
  1. Prinsip  Efektifitas
Keberhasilan  pelaksanaan kurikulum harus diperhatikan, baik kuantitas maupun kualitas. Keberhasilan kuntitas ditinjau dari komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses belajar, dan evaluasi. Sedangkan keberhasilan kualitasnya dilihat dari hasil pelaksanaan kurikulum yang ada.


  1. Prinsip khusus
Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, antara lain: prinsip keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguasaan integrasi nasional, keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinetika, kesamaan memperoleh kesempatan, abad pengetahuan dan teknologi informasi, pengembangan keterampilan hidup, berpusat pada anak, serta pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus yang berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan penilaian, yaitu:
  • Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
-          ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah
-          survai mengenai persepsi orangtua/masyarakat tentang kebutuhan mereka
-          survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu
-          pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama dan penelitian.
  • Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan:
-          Penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana
-          Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan
-          Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
  • Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-          Metode belajar mengajar yang digunakan
-          Metode tersebut memberian kegiatan yang bervariasi dan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat untuk mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor.
-          Metode yang diterapkan dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru.
-          Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing”
  • Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
-          Proses belajar yang baik harus di dukung oleh penggunaan media dan alat bantu pengajaran yang tepat.
-          Tersedianya media pengajaran yang diperlukan
-          Pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran
-          Peintegrasian media tersebut dalam keseluruhan
  • Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
-          Penyusunan alat penilaian (test)
-          Perencanaan suatu penilaian
-          Pengolahan suatu hasil penilaian
2.2.      Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dan terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Pertanyaan tentang apa yang menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan terdidik, apa isi pendidikan tersebut membutuhkan jawaban yang esensial, yakni jawaban-jawaban filosofis. Terdapat perbedaan pendekatan antara ilmu dengan filsafat dalam mengkaji alam semesta. Ilmu menggunakan pendekatan analitik, menguraikan keseluruhan dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Filsafat berupaya merangkum bagian-bagian ke dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Ilmu berkenaan dengan fakta-fakta sebagaimana adanya (Das Sein), berusaha melihat sesuatu secara objektif. Sedangkan filsafat melihat segala sesuatu dari sebagaimana seharusnya (Das Sollen) dan faktor-faktor dalam filsafat sangat berpengaruh.
Landasan filosofis berkaitan dengan pentingnya filsafat dalam membina dan mengembangkan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan. Filsafat ini menjadi landasan utama bagi landasan lainnya. Perumusan tujuan dan isi kurikulum pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan filosofis. Pandangan filosofis yang berbeda akan mempengaruhi dan mendorong aplikasi pengembangan kurikulum yang berbeda pula. Landasan filosofis ini juga berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara, terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melelui pendidikan formal.
2.3.      Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum
Terjadi interaksi antar individu manusia dalam proses pendidikan, yaitu antara pendidik dan peserta didik, juga antara peserta didik dengan orang-orang lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidiknya. Tugas utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu perkembangan peserta didik secara optimal, perkembangan seluruh aspek kehidupannya.
Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi/teori belajar (psychology/theory of learning) dan psikologi perkembangan (developmental psychology). Keduanya sangat diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode perkembangan serta teknik-teknik penilaian.

  1. Psikologi Belajar
Psikologi belajar yaitu suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Hilgard dan Bower menambahkan perubahan tersebut terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya sebagai reaksi terhadap situasi yang dihadapinya.  Perkembangan atau kemajuan yang dialami anak sebagian besar terjadi karena usaha belajar baik melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan maupun pemecahan masalah.
Definisi tentang belajar bersumber pada teori-teori belajar tertentu. Menurut Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt (1980, hlm. 226-227) ada tiga kelompok teori belajar, yaitu:
  1. Kelompok  Teori Disiplin Mental
Menurut kelompok teori disiplin mental dari kelahirannya , anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut. Ada beberapa teori yang termasuk kelompok teori disiplin mental yaitu:
-          disiplin mental theistik berasal dari Psikologi Daya, menurut teori ini anak telah memiliki sejumlah daya mental seperti daya mengamati, menganggap, mengingat, dan sebagainya.
-          disiplin mental humanistik, bersumber kepada psikologi humanisme klasik dari Plato dan Aristoteles yang lebih menekankan keseluruhan, keutuhan.
-          teori naturalisme (self actualization), berpangkal dari Psikologi Naturalisme Romantik, tokoh utamanya J.J. Rousseau.
-          teori apersepsi bersumber pada psikologi strukturalisme, tokohnya Herbart. Menurut teori ini anak mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang akan membentuk massa apersepsi.
  1. Kelompok Teori Belajar Behaviorisme
Kelompok ini mencakup tiga teori, diantaranya:
-          Stimulus Respon Bond, bersumber dari psikologi koneksionisme oleh Edward L. Thorndike. Menurut konsep mereka, kehidupan ini tunduk pada stimulus respon/aksi reaksi.
-          Conditionering, yaitu belajar/pembentukan hubungan antara stimulus dan respons perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Tokoh yang popular dalam teori ini adalah Watson.
-          Reinforcement, teori berkembang berkembang dari teori psikologi. Pada reinforcement, kondisi diberikan pada respon. Adapun tokoh utama pada teori ini adalah C.L. Hull.
  1. Kelompok Cognitive Gestalt Field
Teori Cognitive Gestalt Field bersumber dari psikologi lapangan oleh Kurt Lewin. Teori ini berkenaan dengan bagaimana individu memahami dirinya dan lingkungannya. Teori belajar pertama dari kelompok ini adalah Goal Insight, berkembang dari psikologi Convigurationlism. Menurutnya individu selalu berinteraksi dengan lingkungan, perbuatan individu selalu diarahkan kepada pembentukan hubungan dengan lingkungan.
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar, dengan demikian ada hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Dengan kata lain, psikologi belajar berkenaan dengan penentuan strategi kurikulum.
  1. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan mengkaji karakteristik perilaku individu pada tahap-tahap perkembangan serta pola perkembangan individu. Psikologi perkembangan membahas metode dan teori psikologi perkembangan.
  1. Metode dalam psikologi perkembangan; Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional psikoanalitik, sosiologik, atau studi kasus.
  2. Teori psikologi perkembangan; dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan diferensial (diferential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative approach).
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan siswa tersebut.
2.4. Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum
  1. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi  pendidikan meliputi empat bidang:
  • hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
  • hubungan kemanusiaan.
  • Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
  • Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
  1. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan kompleks.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)
Landasan sosiologis dijadikan sebagai salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum karena pendidikan selalu mengandung nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Di samping itu, keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya yang menjadi dasar dan acuan bagi pendidikan/kurikulum.
2.5. Landasan IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian karena berbagai penemuan teknologi baru terus berkembang.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya arahnya bersifat tidak hanya untuk sekarang tetapi untuk masa depan dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan bersama, kepnetingan sendiri dan kelangsungan hidup manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai produk kebudayaan diperlukan dalam pengembangan kurikulum sebagai upaya menyelaraskan isi kurikulum dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi dalam dunia iptek.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pengembangan kurikulum  merupakan salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional. Pengembangan kurikulum dilaksanakan karena Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses pembelajaran. Karena dalam proses pembelajaran itu tedapat empat bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Keempat bagian tersebut saling berkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional. Pengembangan kurikulum tidak dilaksanakan hanya sesuai dengan kehendak seseorang atau suatu pihak, tetapi harus berpijak pada landasan-landasan (filosofis, psikologis, sosiologis, dan IPTEK) dan prinsip-prinsip (umum dan khusus) yang telah ada.
B. SARAN
Kami telah menjelaskan pengertian beberapa landasan pengembangan kurikulum serta prinsip-prinsipnya. Pada makalah ini juga terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan landasan-landasan yang dijelaskan diatas. Tentunya apa yang telah dipaparkan ada makalah ini masih perlu koreksi dan penambahan atas kekurangan yang ditemukan pada substansinya. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima koreksi serta usulannya agar karya tulis selanjutnya bisa lebih baik. Jika ada yang kurang jelas, maka bisa ditanyakan atau dilihat pada daftar pustaka. Semoga bermanfaat. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar