BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa
sangat pentintg dalam kehidupan. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan
keinginan pendapat dan perasaan. Dengan bahasa pula kita dapat memahami dan
mengetahui apa yang terjadi di dunia dan lingkungan sekitar. Setiap orang
memiliki kemampuan berbahasa.
Seiring kita jumpai anak yang pandai
bercerita dengan susunan kalimat yang benar sehingga orang yang mendengarkannya
dapat menerima, memahami jalan cerita tersebut, ternyata anak tersebut belum
sekolah.
Namun, ketika anak mulai sekolah dan
mendapat pelajaran bahasa, keadaan menjadi terbalik. Bahasa yang semula
merupakan hal yang mudah dan mengasyikkan berubah menjadi pelajaran yang sulit
(Goodman, 1986). Orang tua mengeluh tentang anaknya yang mendapat nilai kurang
untuk pelajaran Bahasa Indonesia.
Pelajaran bahasa yang seharusnya
menyenangkan dan mengasyikkan ternyata jauh dari harapan. Untuk memperbaiki
pengajaran bahasa perlu adanya pendekatan, metode, teknik dan prosedur yang
sesuai dengan pembelajaran.
B.
Rumusan
masalah
Mengacu
pada latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah tersebut diatas, maka
yang menjadi permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah :
Bagaimana
pendekatan, metode, teknik dan prosedur yang sesuai dengan pembelajaran bahasa.
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan
yang hendak dicapai dalam makalah ini adalahbMengetahui pendekatan, metode,
teknik dan prosedur yang sesuai dengan pembelajaran bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan
a. Pengertian
Pendekatan dalam Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran dapat diartika sebagai sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran yang merujuk pada pendangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih secara umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis terentu. Pendekatan
adalah seperangkat asumsi korelatif yang menengahi hakikat pengajaran dan
pembelajaran bahasa. Pendekatan itu bersifat aksiomatik (dapat diterima sebagai
kebenaran, tanpa pembuktian), Tarigan (1989:11).
Pendekatan
dalah seperangkat asumsi, persepsi, keyakinan dan teori tetanng bahasa dan
pembelajaran yang menjiwai keseluruhan proses belajar dan berbahasa, Nunan
(1990:12). Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada
tiori-tiori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi
sebagai sumber landasan atau prinsip pengajaran bahasa. Pendekatn adalah
seperangkat asumsi yang saling berhubungan yang menyangkut sifat bahasa,
pengajaran bahasa dan belajar bahasa, Anthony (1963).
b. Macam-macam
Pendekatan
1)
Pendekatan Komunikatif
Pendekatan
komunikatif dalam pengajaran bahasa bermula dari suatu teori yang berlandaskan
“bahasa sebagai komunikasi”, Tarigan (1989:280).
Pendekatan
komuikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemamuan
menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam
pembelajaran bahasa. Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai
seperangkat kaidah tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk
komunikasi. Ini berati, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu
fungsi komunikatif. Menurut Littlewood (1981) pemikiran pendekatan komunikatif
didasarkan pada pemikiran bahwa:
a)
Pendekatan komunikatif membuka diri bagi
pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang
melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga
pada fungsi komuikatif bahasa.
b)
Pendekatan komunikatif membuka diri bagi
pandangan yang lebih luas dalam pembelajaran bahasa. Hal ini menimbulkan
kesadaran bahwa mengajarkan bahasa tidak cukup dengan memberikan kepada siswa
bagaimana bentuk-bentuk bahasa asing, tetapi siswa harus mampu mengembangkan
cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai
sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tempat.
2)
Pendekatan kognitif
Istilah
“pendekatan kognitif” atau “cognitive approaches”, biasa juga dsebut sebagai
“cognitive cole” (Krashen 1986: 132; Stenberg 1986: 192), “kognitif theory”
(Stern 1987: 469). Teori atau metode ini
telah diinterpretasikan o;eh beberapa pakar sebagai “teori terjemahan tata
bahasa yang mutakhir, yang telah dimodifikasi”, (Caroll 1966:102).
Kognitif
merujuk kepada kegiatan mental seperti berfikir, menganalisis, membentuk
konsep, menyelesaikan masalah dan sebagainya. Pendekatan kognitif merupakan
pendekatan yang memberi perhatian khusus kepada proses pemikiran individu
seprti kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif, kemahiran belajar dan
motivasi yang dipelopori oleh ahli psikologi Gestalt, Piaget, Vygostsky, Gagne,
Buner dan Ausubel.
3)
Pendekatan Tujuan
Pendekatan
tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar
menngajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat
ditentukan metode mana yang ka digunakan dn teknik pengajaran yang bagaimana
yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebu dapat dicapai. Jadi, proses
belajar menajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapakan untuk tujuan itu
sendiri.
4)
Pendekatan terpadu
Pendekatan
pembelajaran terpadu adalah seperangkat asumsi yang berisikan wawasan dan
aktifitas berfikir dalam merencanakan pembelajaran dengan memadukan
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan sebagai area isi kegiatan belajar
mengajar.
Pendekatan
Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan pengajaran bahasa dengan
menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan,
menghubungkan atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri
sendiri atau terpisah-pisah. Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam :
a)
Integratif Internal yaitu keterkaitan yang
terjadi antara bahan pelajaran itu sendiri misalanya pada waktu pelajaran
bahasa dengan fokus menulis kita bisa kaitkan dengan membaca dan mendengarkan
juga.
b)
Integratif Eksternal yaitu keterkaitan antara
bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain, misalalnya bidang studi
bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka kita bisa meminta siswa membuat
karangan atau puisi tentang banjir untuk pelajaran bahasanya untuk pelajarn
sainsna kita bisa menguungkan dengan reboisasi atau jug pencemaran sungai.
5)
Pendekatan struktural
Pendekatan struktural merpakan salah
satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa
bahasa sebagai seperngkat kaidah, norma, dan aturan. Atas dasar anggapan
tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan
penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran
bahasa perlu dititik beratkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang
tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis dalam hal ii pengethuan
tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting.
Jelas bahwa aspek kognaitif bahasa lebih diutamakan.
6)
Pendekatan dalam pembelajaran bahasa
Dalam
istilah belajar mengajar, kita mengenal pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda walaupun
dalam penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan. Ramelan (1982) mengutip
pendapat Anthony yang mengatakan bahwa pendekatan mengacu pada seperangkat
asumsi yang saling berkaitan dan berhubungan dengan sifat bahasa serta
pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode.
Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem
komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang mengangga bahasa
sebagai seperangkat kaidah.
Asumsi-asumsi
tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni :
(1) Pendekatan
yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa berarti berusaha membiasakan
diri menggunakan bahasa untuk berkomuikasi. Penekanannya ada pada pembiasaan.
(2) Pendekatan
yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa berarti berusaha untuk
memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan pembelajarannya
terletak pada pemeroleha kemampuan komunikasi.
(3) Pendekaan
yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa yang harus diutamakan
ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang mendasari ujaran, tekanan, pembelajaran
pada aspek kognitif bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa (Zuchdi,
1997)
Pendekatan
apapun yang dipilih guru dalam melaksanakan program KBM, pada dasarnya tuntutan
untuk menempatan siswa sebagai pusat perhatian dan perlakuan sangat utama.
Dalam
merancang KBM bahasa Indonesia terdapat beberapa pendekatan yang perlu
diperhatikan, antara lain sebagai berkut,
a) Pendekatan
Whole Language
Whole
Language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham
cntructivism. Dalam Whole Language bahasa diajarkan secara utuh, tidak
terpisah-pisah; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis diajarkan secara
terpadu sehingga siswa dapat melihat bahasa sebagai suatu kesatuan
Komponen-Komponen Whole Language
Whole
Language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang
pembelajaran dan tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajara.
Orang-orang yang dimaksud adalah siswa dan guru. Whole Language dimulai dengan
menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan
bahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) diajarkan secara terpadu.
Anda da[at mencoba menerapkannya dengan mengetahui komponen-komponen yang
tedapat dalam Whole Language.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan
komponen Whole Language, yaitu :
- Reading aloud
- Journal writing
- Sustained silent reading
- Shared reading
- Guided reading
- Guided writing
- Independent reading
- Independent writing
Nah sekarang
mari kita pelajari komponen Whole Language tersebut satu per satu. Mari kita
mulai dengan reading aloud.
Reading aloud
Reading
aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru
dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya
dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang baik sehingga setiap
siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan ini sangat
bermanfaat terutama jika dilakukan di kelas rendah.
Manfaat yang
didapat dari reading aloud, antara lain : meningkatkan keterampilan menyimak,
memperkaya kosa kata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak
kalah penting adalah menumbuhkan minat baca pada siswa. Reading aloud juga
dapat dilakukan dan baik dilakukan di kelas tinggi. Reading aloud dilakukan
setiap hari saat mulai pelajaran.
Journal writing
Journal
writing atau menulis jurnal. Bagi guru yang menerapkan Whole Language, menulis
jurnal adalah komponen yang dapat dengan mudah diterapkan. Jurnal merupakan
sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menceritakan
kejadian di sekitarnya, membeberkan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa
dalam bentuk tulisan.
Menulis
jurnal bukanlah tugas yang harus dinilai namun guru berkewajiban untuk membaca
jurnal yang ditulis anak dan memberi komentar atau respons terhadap tulisan
tersebut sehingga ada dialog antara guru dan siswa.
Banyak
manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan menulis jurnal ini. Manfaat
tersebut, antara lain sebagai berikut :
- Meningkatkan kemampuan menulis. Dengan menulis jurnal siswa akan
terbiasa mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan yang kemudian
membantunya untuk mengembangkan kemampuan menulis.
- Meningkatkan kemampuan membaca. Siswa secara spontan akan membaca
hasil tulisannya sendiri setiap ia selesai menulis jurnal.
- Menumbuhkan keberanian menghadapi resiko. Menulis jurnal bukanlah
kegiatan yang harus dinilai maka siswa tidak perlu takut untuk berbuat
salah. Kesempatan ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bereksplorasi.
- Memberi kesempatan untuk membuat refleksi. Melalui jurnal siswa dapat
merefleksi apa yang telag dipelajarinya atau dilakukannya.
- Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi. Kejadian apa saja yang
dialami oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah dapat
diungkapkan dalam jurnal. Dengan menghargai apa yang ditulis siswa akan
membuat siswa merasa dihargai.
- Memberikan tempat yang akam dan rahasia untuk menulis. Terutama untuk
siswa kelas tinggi, jurnal adalah sarana untuk mengungkapkan perasaan
pribadi. Jurnal ini sering disebut diary atau buku harian. Untuk jurnal
jenis ini siswa boleh memilih apakah guru boleh membaca jurnalnya atau
tidak.
- Meningkatkan kemampuan berpikir. Dengan meminta siswa menulis jurnal
berarti melatih mereka melakukan proses berpikir, mereka berusaha
mengingat kembali, memilih kejadian mana yang akan diceritakan, dan
menyusun informasi yang dimiliki menjadi cerita yang dapat dipahami
pembaca.
- Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis. Melalui menulis jurnal
siswa belajar tata cara menulis, seperti penggunaan huruf besar, tanda
baca dan struktur kalimat (tata bahasa). Siswa juga mulia menulis dengan
menggunakan topik, judul, halaman, dan subtopik. Mereka juga menggunakan
bentuk tulisan yang berbeda, seperti dialog (percakapan) dan cerita
bersambung. Semua ini diajarkan tidak secara formal.
- Menjadi alat evaluasi. Siswa dapat melihat kembali jurnal yang
ditulisnya dan menilai sendiri kemampuan menulisnya. Mereka dapat melihat
komentar atau respons guru atas kemajuannya.
- Menjadi dokumen tertulis. Journal writing dapat digunakan siswa
sebagai dokumen tertulis mengenai perkembangan hidup atau pribadinya.
Setelah mereka dewasa, mereka dapat melihat kembali hal-hal apa yang
pernah anggap penting pada waktu dulu.
Sustained silent reading
Komponen
Whole Language yang ketiga adalah sustained silent reading (SSR). SSR adalah
kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa
diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibavanya.
Biarkan siswa untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga
mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut.
Guru dapat
memberi contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat
meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama. Pesan
yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini adalah :
- Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan.
- Membaca dapat dilakukan oleh siapapun.
- Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut.
- Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang
cukup lama.
- Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca.
- Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang
dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir.
Shared reading
Komponen
Whole Language yang keempat adalah shared reading. Shared reading ini adalah
kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa dimana setiap orang mempunyai
buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah
maupun di kelas tinggi. Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini, yaitu :
- Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah).
- Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera
pada buku.
- Siswa membaca bergiliran.
Maksud kegiatan ini adalah :
- Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru
membaca sebagai model.
- Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya.
- Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca
yang benar.
Dalam hal
ini, anda telah melakukan shared reading. Sebaiknya anda meneruskan kegiatan
ini dengan melibatkan keterampilan lain, seperti berbicara dan menulis agar
kegiatan Anda menjadi kegiatan berbahasa yang utuh dan riel.
Guided reading
Komponen Whole
Language yang kelima adalah guided reading. Tidak seperti pada shared reading,
dimana guru lebih berperan sebagai model dalam membaca, dalam guided reading
atau disebut juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan fasilitator.
Dalam guided reading semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru
melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar
pertanyaan pemahaman. Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca yang penting
dilakukan di kelas.
Guided writing
Komponen
Whole Language yang keenam adalah guided writing atau menulis terbimbing. Dalam
menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa
menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaiman menulisnya dengan jelas,
sistematis dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur,
sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Dalam kegiatan ini proses
writing, seperti memilih topik, membuat draft, memperbaiki, dan mengedit
dilakukan sendiroi oleh siswa.
Independent reading
Komponen Whole
Language yang ketujuh adalah independent reading. Independent reading atau
membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berlesempatan untuk
menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian
integral dari Whole Language. Dalam independent reading siswa bertanggung jawab
terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang
pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator,
dan pemberi respons. Menurut penelitian yang dilakukan Anderson dkk (1988),
membaca bebas yang diberikan secara rutin walaupun hanya 10 menit sehari dapat
meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.
Dalam
memperkenalkan buku, sebaiknya anda juga membahas tentang pengarang dan
ilustrator yang biasanya tertuis di halaman akhir. Jika tidak ada keterangan
tertulis tentang pengarang atau ilustrator, anda paling tidak dapat menyebutkan
nama-nama mereka atau tambahkan sedikit informasi yang anda ketahui. Hal ini
penting dilakukan agar siswa sadar, bahwa sesungguhnya buku itu ditulis oleh
manusia bukan mesin.
Buku yang
dibaca siswa untuk independent reading tidak selalu harus didapat dari
perpustakaan sekolah atau kelas atau disiapkan guru. Siswa dapat saja
mendapatkan buku daru berbagai sumber seperti perpustakaan kota/kabupaten,
buku-buku yang ada di rumah, di toko buku, pinjam teman atau dari sumber
lainnya.
Independent writing
Komponen
Whole Language yang kedelapan adalah independen writing atau menulis bebas,
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis,
dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam menulis bebas siswa mempunyai
kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung
jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam
independent writing antara laian menulis jurnal, dan menulis respons.
Jangan
mencoba menerapkan semua komponen sekaligus karena akan membingungkan siswa.
Contoh dengan satu komponen dulu dan perhatikan hasilnya. Jika siswa telah
terbiasa menggunakan komponen tersebut kemudian mencoba lagi menerapkan
komponen yang lain.
Ciri-Ciri Kelas Whole Language
Ada tujuh
ciri yang menandakan kelas Whole Language. Pertama, kelas yang menerapkan Whole
Language penuh dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut tergantung di
dinding, pintu, dan furniture. Label yang dibuat siswa ditempel pada meja,
kabinet, dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan
bulletin board. Karya tulis siswa dan chart yang dibuat siswa menggantikan
bulletin board yang dibuat guru. Salah satu sudut kelas diubah menjadi
perpustakaan yang dilengkapi berbagai jenis buku.
Kedua, di
kelas Whole Language siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa
bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Over
Head Projector (OHP) dan transparansi digunakan untuk memperagakan proses
menulis. Siswa mendengarkan cerita melalui tape recorder untuk mendapatkan
contoh membaca yang benar.
Ketiga, di
kelas Whole Language siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Agar siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya
maka di kelas tersedia buku dan materi yang menunjang.
Keempat,
dikelas Whole Language siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran
guru di kelas Whole Language lebih sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih
beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan guru. Siswa membuat
kumpulan kata (words banks), melakukan brainstorming dan mengumpulkan fakta.
Pekerjaan siswa ditulis pada chart dan terpampang di seluruh ruangan. Siswa
menjaga kebersihan dan kerapian kelas.
Kelima, di
kelas Whole Language siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna.
Siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang membantu
mengembangkan rasa tanggung jawab dan tidak tergantung. Siswa terlibat dalam
kegiatan kelompok kecil atau keinginan individual.
Keenam, di
kelas Whole Language siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen.
Guru di kelas Whole Language menyediakan kegiatan belajar dalam berbagai
tingkat kemampuan sehingga semua siswa dapat berhasil. Hasil tulisan siswa
dipajang tanpa ada tanda koreksi. Contoh hasil kerja setiap siswa terpampang di
seputar ruang kelas.
Ketujuh, di
kelas Whole Language siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru
maupun temannya. Ciri kelas Whole Language, bahwa pemberian feedback dilakukan
dengan segera. Meja ditata berkelompok agar memungkinkan siswa berdiskusi,
berkolaborasi, dan melakukan konferensi. Konferensi antara guru dan siswa
memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penilaian diri dan melihat
perkembangan diri. Siswa yang mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan
respons positif dari temannya. Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri.
Penilaian dalam Kelas Whole Language
Di dalam
kelas Whole Language, guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan
siswa. Secara informal, selama pembelajaran berlangsung, guru memperhatikan
siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam kelompok ataupun
diskusi kelas. Ketika siswa bercakap-cakap dengan temannya atau dengan guru,
penilaian juga dilakukan, bahkan guru juga memberikan penilaian saat siswa
bermain selama waktu istirahat.
b) Pendekatan
Kontruktivisme
Kontruktivisme
adalah salah satu filsafat pengtahuan yang menekanan bahwa pengetahun kita
adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glasersfeld, 1989, Matthews,
1994, dalam Suparno, 1997). Pengetahuan merupakan ciptaan manusia yan
direkonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh yang dialaminya. Proses
pembentukn ini berjalan secara tersu menerus dengan setiap kali mengadakan
reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru (Piage dalam Suparno,
1997).
c) Pendekatan
komunikatif
Pendekatan
komunikatif dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi (yang
selanjutnya disebut kompetensi kounikasi), yaitu kemampuan menggunakan bahasa
untuk berkomnikasi dalam konteks yang seutuhnya. Kegiatan utama dalam kegiatan
belajar mengajar bahasa yang menggunakan pendekatan komunikatif berupa
latihan-latihan yang langsung dapat mengembangkan kompetensi komunikasi yang
dimiliki pembelajar, tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa, tetapi
sekaligus menguasai bentuk, makna, serta pemakaiannya.
d) Pendekatan
Tematis-Integratif
Yang
dimaksud dengan Pendekatan Tematis-Integratif adalah pembelajaran bahasa harus
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang sewajarnya. Pengorganisasian materi
tidak diwujudkn dalam bentuk pokok bahasan secara terpisah, tetap diikat dengan
menggunakan tema-tema tertentu dengan menganut asas kesederhanaan, kebermaknaan
dalam komunikasi, kewajaran konteks, keluwesan (disesuakan dengan kebutuan,
kondisi, dan tempat), keterpaduan, dan kesinambungan berbagi segi dan
keterampilan bahasa.
e) Pendekatan
keterampilan proses
Pendekatan
keterampilan proses diartikn sebagai pendekatan belajar mengajar yang mengarah
pada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial sebagai enggerk kemampuan
yang lebih tinggi dalam individu siswa. Cara pandang ini diterjemahkan dalam
kegiatan belajar-mengajaryang sekaligus memperhatkan pengetahuan, sikap dan
nilai, serta keterampialan. Ketiga ranah ini menyatu dalam diri siswa dalam
bentuk kreatifitas. Tujuan pokok dari pemakaian keterampilan proses adalam
mengambangkan kreativitas seswa dalam belajar, sehingga siswa daat secara aktif
mengolah dan mengembangkan hasil perolehan/belajarnya (Dikbud. 1985).
f) Pendekatan
pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL)
B.
Metode
a.
Pengertian metode pembelajaran
Metode
didefinisikan sebagai keseluruhan rencana, pengaturan, penyajian bahan yang
tertata rapi berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu, metode ini bersifat
prosedural, Ricards (1996:15)
b.
Macam-macam metode
1)
Metode kooperatif
Metode
kooperatif adalah serangkaian aktifitas pembelajaran yang diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran
informasi terstruktur antara pembelajaran dalam grup yang bersifat sosial dan
masing-masing pembelajaran bertanggungjawab penuh atas pembelajaran yang mereka
jalani.
a) Saling
ketergantungan
b) Tanggung
jawab perseorangan
c) Tatap
muka
d) Komunkasi
antar anggota
e) Keberagaman
pengelompokan
·
Pengelomokan heterogen
·
Penumbuhan semangat dan motivasi untk kerja
sama
·
Penataan ruang kelas
2)
Metode SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)
Metode
SAVI merupakan suatu prosedur pembelajaran yang didasarkan atas
aktivitas-aktvitas yang dilakukan oleh pembelajaran dengan melibatkan seluruh
indra sehingga seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar.
Unsur-unsur
metode SAVI :
a) Belajar
Somatis
Dalam
konteks pembelajaran bahasa berarti belajar bahasa dengan memanfaatkan indara
peraba dan kinstetik yang melibatkan fisik untuk melakukan suatu aktifitas.
b) Belajar
Auditori
Ditekankan
kepada aktifitas mendengarkan suara-suara melalui dialog-dialog yang tercipta
dikelas baik anatar pembelajar maupun dengan guru secara langsung atau dari
alat-alat radio.
c) Belajar
Visual
Menuntut
ketersediaan berbagai bentu alat media yang dapat diamati secara langsung oleh
pembelajar untuk kemudian membicarakannya dalam bentuk lisan atau tulisan.
d) Belajar
Intelektual
Dalam
konteks ini dimaknai sebagai apa yang dilakukan dalam pikiran pembelajar secara
interal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman
dan mencitakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.
3)
Metode permainan atau games
Merupakan
serangkaian prosedur pembelajaran bahasa yang difasilitasi dengan berbagai
permainan untk mencapai suatu tujuan berbahasa.
4)
Metode inkuiri
Merupakan
metode pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
pembelajaran untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
dan analitis sehingga pembelajar dapat merumuskan sendiri berbagai penemuan
atas berbagai persoalan dengan penuh percaya diri.
Tiga
sasaran utama yang hendak dicapai dalam metoe ini, yaitu :
a. Keterlibatan
pembelajar secara maksimal dalam keseluruhan proses belajar.
b. Keterarahan
kegiatan secara logistis dan sistematis pada kompetensi yang hendak dicapai.
c. Mengembangkan
rasa percaya diri pada pembelajar atas proses dan temuan yang mereka jalani dan
haplkan.
5)
Metode Pembelajaran Berbsis Perpustakaan
(PBP)
Merupakan
suatu prosedur pebelajaran yang secara masksimal emanfaatkan sumber-sumber
kepustakaan untuk pencapaian seperangkat tujuan belajar bahasa. Sumber-sumber
belajar dapat berua buku-buku, majalah, CD, kaset audio, kset vidio, dan
lain-lain.
C.
Teknik
dalam pembelajaran
a.
Pengertian teknik pembelajaran
Pendekatan
teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah
disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang danu
oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu untuk mencari akal atau siasat gar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan berasil dengan baik
dalam menentuan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertmbangkan situasi
kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi lain.
Dengan demikian teknik pembelajaran yang digunakan guru dapat bervariasi
sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknk ang berbeda-beda,
bergantung pada berbaga faktor tersebut.
Teknik
pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam melaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal.
b.
Macam-macam teknik
Teknik dari pendekatan komuniatif
a) Memberikan
informasi secara terbatas
Contoh:
Mengidentifikas gambar
Dua orang siswa ditugasi
mengadakan percakapan (bertnya jawab) tentang benda-benda yang terdapat didalam
gambar yang disediakan oleh guru. Pertanyaan dapat mengenai warna, jumlah,
bentuk, dan sebagainya.
b) Memberikan
informasi tanpa dibatasi (tak terbatas)
Contoh:
Menemukan perbedaan
Siswa A dan B masing-masing
mempunyai sebuah gambar yang sama, kecuali beberapa bagian. Para siswa harus
mendiskusikan gambar tersebut sehingga menemukan perbedaannya.
c) Mengumpulkan
informasi untuk memecahkan masalah
Contoh:
Siswa mempunyai rencana akan
mngunjungi sebuah kota yang menarik. B mempunyai daftar/jadwal bus. Merea harus
merencanakan perjalanan yang akan dilakukan yang memungkinkan mereka untuk
mengunjungi beberapa tempat dalam satu hari, dan menggunakan waktu
sekurang-kurangnya setengah jam untuk setiap tempat. Siswa harus memilih tempat
yang paling menarik bagi mereka.
d) Menyusun
informasi
Contoh:
Siswa diminta membayangkan
bahwa mereka akan mengadakan kemah di gunung selama tiga hari. Tiap anggota
hanya boleh membawa barang kira-kira seberat 11 Kg. Kelompok-kelompok itu harus
menentukan apa saja yang akan mereka bawa, dengan melihat daftar barang yang
patut dibawa, yang diberikan oleh guru, dan mempersiapkan pembelaan apabila
mereka ditentang oleh kelompok lain. Latihan-latihan tersebut merupakan latihan
penggunaan bahasa dalam akifitas komunikasi yang bersifat fungsional di dalam
kelas. Disamping itu, juga terdapat tie aktifitas komunikatif yang lain, yani
aktifitas interalsi sosial, interaksi didalam masyarakat atau dalam pergaulan.
Dalam hal ini latihan yang diberikan kepada siswa antara lain dapat berupa:
1. Kels
sebagai konteks sosial
2. Simulasi
dan bermain peran
D.
Prosedur
Prosedur
merupakan tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas; metode langkah
demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah. Sdangkan pembeljaran
adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup besar. Strategi
pembelajaran adalah suatu pola umum yang dapat menggambarkan kegiatan guru dan
peserta didik dalam pembelajaran. pengertian strategi dalam hal ini menunjukan
kepada karakteristik abstrak dari serangaian kegiatan pengajaran dan peserta
didik dalam proses pembelajaran secara aktual tertentu dinamakan prosedur
pembelajaran.
Serangkaian
kegiatan pengajar dan pesrta didik dalam proses pembelajaran secara aktual.
Tingkatan terakhir dari konseptualisasi dan organisasi didalam suatu metode
disebut prosedur, Tarigan (1989:22). Prosedur mencakup teknik-teknik,
praktek-praktek dan perilaku-perilaku dari saat ke saat yang aktual yang
beroperasi dalam mengajarkan sesuatu bahasa berdasarkan metode tertentu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Apabila pendekatan, model,
teknik dan prosedura pembelajaran bahasa sudah terangkai dalam satu kesatuan
yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bngkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, teknik, dan prosedur pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Hapipudin Sarma, Drs., M.MPd. (2012). Bahan Ajar Pembinaan Dan
Pengembangan Pembelajaran Bahasa San Sastra Indonesia. Cirebon: Universitas
Muhammadiyah Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar